WAJIB TAHU TIGA MASJID YANG TAK TERPISAHKAN | Madinah Iman Wisata
WAJIB TAHU TIGA MASJID YANG TAK TERPISAHKAN

WAJIB TAHU TIGA MASJID YANG TAK TERPISAHKAN

Masjidil Haram dan Masjid Nabawi telah begitu dekat di hati umat. Lalu, bagaimana dengan Masjidil Aqsha?

Berapakah banyak dari umat Islam berjumlah 1,7 milyar manusia di bumi ini yang mengenal Ka’bah Baitullah di Makkah? Berapa banyak dari mereka yang mengetahui bahkan mungkin hafal seperti apa bentuk Masjid Nabawi di Madinah? Berapa banyak dari mereka yang bisa merasakan gema kemegahan lantunan ayat-ayat Suci Alqur’an yang berkumandang di kedua masjid tersebut?

Banyak. Pasti banyak sekali umat Islam di dunia ini yang belum bisa merasakan kesempatan berharga itu. Karena Makkah dan Madinah adalah bagian dari iman kita, bagian dari hati kita, dan bagian dari hidup kita. Kembali ke tujuan kita hidup di dunia ini, salah satu impian terbesar kita adalah datang mengunjungi Kota Suci. Dimanapun umat Islam berada, pasti akan sama tujuannya.

Lalu, berapa banyak dari kita yang mengenal Masjid al-Aqsha? Berapa banyak dari kita yang pernah mendengar atau membaca tentang sebuah kawasan yang diberkahi Allah SWT bernama Baitul-Maqdis lokasi berdirinya Masjidil-Aqsha?

Mungkin tidak banyak. Belum banyak yang tahu keistimewaannya, dan bahkan tidak tahu yang mana sebenarnya bangunan yang disebut Masjidil-Aqsha. Apakah masjid tersebut yang berkubah kuning keemasan? Atau yang berkubah perak kehitaman? oleh karena itu akan sedikit kami ulas melalui artikel tiga masjid yang tak terpisahkan ini.

Tidak sedikit yang mengira bahwa Masjidil Aqsha adalah apa yang disebut oleh orang di Barat sebagai The Wailling Wall (Tembok Ratapan). Di lokasi itu orang-orang Yahudi menangis dan membenturkan pelan kepala mereka dalam salah satu ritual.

Padahal, Masjidil Aqsha adalah bagian penting dari keimanan kita sebagai umat Islam. Bagian terpenting sejarah umat Nabi Muhammad SAW. Termasuk bagian penting kehidupan umat Islam di masa kini. Dan akan menjadi bagian penting pula untuk kehidupan umat di masa yang akan datang.

Inilah yang oleh Allah SWT “dikembarkan” atau di sejajarkan kedudukan Masjidil Aqsha dengan Masjidil Haram di Makkah, sebagaimana terbukti dalam firman-Nya :

Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari al-Masjidil-Haram ke al-Masjidil-Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (al-Isra’ [17]: 1)

Inilah masjid yang tentangnya Rasulullah SAW bersabda, “Jangan (bersusah payah) melakukan perjalanan (untuk beribadah) kecuali ke tiga masjid : al-Masjidil-Haram, dan Masjid Rasulullah (Masjid Nabawi), dan Masjidil-Aqsha” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Masjidil-Aqsha sedemikian “dipentingkan” kedudukannya oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW. Lalu mengapa kita tak berusaha mementingkannya? Tidak harus melihat langsung ke masjid, misalnya dengan cara mempelajari lebih dalam tentang sejarah, keistimewaan, dan situasinya antara jaman dulu dan kini.

Siapa Pendiri Masjidil-Aqsha?

Secara ringkas dapatlah disampaikan bahwa Masjidil-Aqsha ditegakkan menjadi tempat manusia menyembah Allah SWT 40 tahun sesudah ditegakkannya Ka’bah.

Dari Abu Dzar, “Aku berkata kepada Rasulullah SAW ‘Masjid manakah yang ditegakkan di bumi pertama kali?’ Kata beliau, “Masjidil-Haram”, Kataku, ‘Lalu (masjid) mana?’ Kata Beliau, ‘Al-Masjidil-Aqsha’ Kataku, ‘Berapa jarak antara keduanya?’ Kata beliau, ‘Empat puluh tahun’ (Riwayat Muslim).

Hubungan erat kedua tempat itu – bahkan “pengembaran” sudah bermula dari masa Nabi Adam yang merupakan manusia pertama di bumi. Nabi Adam adalah manusia pertama yang membangun Masjidil-Aqsha di kota dan kawasan Baitul-Maqdis sesudah 40 tahun membangun Masjidil-Haram di Makkah.

Kaitan antara Ka’bah Baitullah dan Masjidil-Aqsha dibangun dan diperkuat sepanjang sejarah manusia.

Nabi Ibrahim datang ke Baitul-Maqdis dari sana menuju Makkah untuk kemudian meninggikan pondasi Ka’bah bersama anaknya, Nabi Ismail. Hijrahnya Nabi Ibrahim ke Baitul-Maqdis merupakan titik penting yang menunjukkan adanya hubungan antara Makkah dan Baitul-Maqdis. Nabi Muhammad SAW kemudian mengembangkan dan memperkuat kaitan keduanya melalui Perjalanan Malam yang dikenal luas sebagai peristiwa Isra’ Mi’raj.

Adam adalah nabi pertama yang menegakkan hubungan kedua masjid ini. Nabi Ibrahim dan kedua anak laki-lakinya membangun kembali atau merenovasi kedua tempat suci itu. Dan Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir yang menjadikan kaitan kedua masjid itu sangat jelas dan nyata melalui peristiwa besar Isra’ Mi’raj.

Masjidil-Aqsha, Baitul-Maqdis, dan Jerusalem

Nama Masjidil-Aqsha berasal dari Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam Surat al-Isra’ di atas. Namun Rasulullah SAW juga menggunakan nama Baitul-Maqdis untuk Masjidil-Aqsha.

Selain itu, istilah atau nama Baitul-Maqdis juga bisa berarti lebih luas daripada kompleks Masjidil-Aqsha yang luasnya mencapai 14,4 hektar.

Baitul-Maqdis berarti Rumah yang Disucikan. Itu adalah nama yang dipakai untuk kota yang dikenal sebagai Jerusalem, yang merupakan lokasi masjidil-Aqsha. Baitul-Maqdis juga nama dari  sebuah kawasan istimewa yang diberkahi, yang mencakup didalamnya terdapat kota-kota kecil dan desa-desa.

Dengan demikian kita tahu bahwa :

  1. Masjidil-Aqsha adalah masjid kedua yang ditegakkan di muka bumi untuk menyembah Allah SWT.
  2. Masjidil-Aqsha juga disebut Baitul-Maqdis.
  3. Namun nama Baitul-Maqdis juga bisa berarti Kota Jerusalem, salah satu nama tertua bagi salah satu kota tertua dalam sejarah manusia.

Baitul-Maqdis juga bisa berarti kawasan yang diberkahi oleh Allah SWT sejak masa sebelum Nabi Muhammad SAW. Kemudian Allah SWT memberkahi kawasan tersebut ketika dihuni oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Luth.

Allah SWT berfirman, “Dan Kami selamatkan dia (Ibrahim) dan Luth ke sebuah negeri yang telah Kami berkahi untuk seluruh alam” (al-Anbiya’ [21]: 71)

Telah jelas bahwa Baitul-Maqdis begitu istimewa karena posisinya di masa lalu, di masa kini, dan di masa yang akan datang.

*Ditulis oleh tim Institut al-Aqsa untuk Riset Perdamaian (ISA) / Suara Hidayatullah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *